12 November 2014

Ubud

Aku mencintai tempat ini bukan karena keberadabannya.
Namun karena ketidak beradaban nya yang membuatku jauh lebih beradab.

Raungan pagi bukanlah motor motor yang menderu
Melainkan bisik pagi yang konon hanya memberi inspirasi.
Menyentuh dengan lembut
Menyapa dengan santun.
Dan aku pun turut dalam lamun.
bukan lamun akan mimpi kosong, namun sebuah lamun untuk mencipta akan karya.

Aroma yang kucium adalah kebebasan.
Bukan sesuatu yang harus kupilah di antara kebiadaban nya.
Membiarkan ku bernafas tanpa harus mengeras
Dan setiap hembus membuatku mati dan pergi ke surga.

Paras yang kutatap bukanlah keangkuhan yang bersembunyi di dalam beton dan batu.
Melainkan sebuah kesederhanaan dan pengertian akan makna menjadi individu.
Berbaur di dalam surya yang terpantul dalam hamparan hijau
Dan mengizinkan aku mengingat bahwa kebahagiaan ada di dalam butiran padi.


Ini mukjizat.
Nabi siapapun yang menjaga nya. Ini mukjizat.
Karena manusia di manusiakan disini.
Tumbuhan di tumbuhkan dan Hewan di kawankan

Senja menggelinding dari tahta nya.
Sembari aku meringkuk dan bersyukur
Sambil tersenyum nyinyir dan bertanya mengapa hanya ada segelintir.
Mengapa tidak semua terbangun dan tersadar seperti disini?


No comments:

Post a Comment