14 September 2009

cin(T)a




Director:
Sammaria Simanjuntak

Writers:
Sally Anom Sari (writer)
Sammaria Simanjuntak (writer)

Release Date: 19 August 2009 (Indonesia)

Trailernya bikin gue merinding. Bukan hanya pertama kali, tapi kedua, ketiga, dan setelah berkali kali masih aja merinding.
Tema yang diangkat film ini memang menjadi daya tarik utama. Di bumi Indonesia ini dimana masalah agama terkadang masih sensitif untuk dibicarakan, sekelompok anak muda yang tergabung dalam sembilan matahari production ini berani membuat sebuah film mengenai percintaan antar agama.
cin(T)a bercerita mengenai cinta segitiga antara Cina (Sunny Soon), Annisa (Saira Jihan). Cina adalah seorang keturunan tionghoa dari Medan yang beragama Kristen. Suatu hari, tanpa sengaja, ia menjatuhkan maket milik Annisa. Cina yang merasa bersalah, membantu Annisa untuk membetulkan maket tersebut. Kedekatan mereka mulai terjalin dan berlanjut ketika Cina membantu Annisa dalam pengerjaan maketnya. Meskipun, mereka tahu latar belakang agama mereka yang berbeda akan menyulitkan hubungan mereka.
Dari awal hingga akhir film ini, hanya akan ada dua karakter yang muncul, Cina dan Annisa. "Kami ingin menggambarkan bahwa dunia ini milik mereka berdua", tutur Sammaria Simanjutak, sutradara dari film cin(T)a ini.
Tidak hanya itu saja, namun film ini memang bertutur seperti puisi. cin(T)a banyak menggunakan kiasan kiasan untuk menyampaikan topik yang sangat sensitif ini. Meski begitu, di dalam dialog nya masih menyisakan keberanian untuk mengungkapkan pendapat mengenai berbagai macam hal di dunia ini. Kalimat-kalimat berani tidak dibiarkan begitu saja menghilang di dalam film ini.
Skrip dan Sinematografi dari film ini merupakan mahakarya tersendiri. Dalam film ini, kamera bukan hanya sebagai media 'penangkap' cerita namun juga bekerja sebagai pencerita itu sendiri. Pergerakannya yang statis namun pasti menuntun penonton untuk larut ke dalam film ini.
Skrip nya pun menarik dan indah. Joke-joke cerdas dan kritik sosial juga bertaburan dari awal film hingga akhir. Saat anda menontonnya, anda akan tahu bahwa perfilman Indonesia telah mencapai tingkatan yang lebih tinggi.
Kelemahan dari film ini adalah anti-klimaks yang terjadi di tengah menuju akhir film. Mungkin memang itu adalah keputusan dari para pembuat untuk membuatnya seperti itu. Namun, klimaks adalah hal yang sangat penting untuk membuat penonton dapat puas menonton sebuah film. Dan sayangnya, dalam film ini, saya tidak menemukan klimaks dari film ini. Penonton sempat terbawa menuju ke arah klimaks namun ternyat berujung scene scene yang cukup flat hingga akhir.
Bagaimanapun, ini adalah salah satu film terbaik yang pernah gue tonton. Cheers!

2 comments:

  1. eh katanya sepet (pelem malay) juga bagus narr,. tema yg d angkat sama,..
    directornya alm yasmin ahmad,.
    aku jg blom nonton sih,.. tp she is one of the best director in malaysia

    ReplyDelete
  2. iya sih..gw juga uda denger..
    gw penasaran deh..eh..list blog gw dong..entar gw juga list punya lo..hehehe..

    ReplyDelete