16 February 2009

Kami Sudah Tidak Bersama



Rasanya aneh. Ketika biasanya setiap pagi semua orang akan bertanya…

“Pacarmu mana?”

Aku akan dibuat tersenyum oleh pertanyaan tersebut dan membayangkan dia yang memang masih terlelap seperti biasa.

Namun kini aku harus menjawab dengan jawaban lain yang membuatku merasa sangat tidak nyaman dibuatnya.

“Kami sudah tidak bersama.”

Wajah yang sama. Wajah yang selalu harus kuhadapi ketika aku menjawabnya dengan jawaban tersebut. Mereka akan mulai menghilangkan wajah tersebut dan segera menggantinya dengan pertanyaan yang sama juga…

“Kok bisa putus? Kenapa?”

….

…..

“Kenapa?”

Itupun pertanyaan yang selalu menghampiriku setiap saat , setiap waktu, sampai hari ini.
Mungkin karena kepercayaan kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola pikir kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena latar belakang, mungkin juga tidak. Mungkin karena gaya hidup kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola kerja kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena aku selalu bangun di pagi hari, mugnkin juga tidak. Mungkin karena aku tidak suka pedas, mungkin juga tidak. Mungkin karena aku atau aku tidak tahu apa apa sebenarnya.

Aku hanya menerima kepergian nya tanpa tahu apa apa. Yang aku tahu hanya tiba-tiba ia hilang dan pergi.




Rasanya aneh. Ketika biasanya setiap pagi aku akan bertanya padanya…

“Pacarmu mana?”

Dia akan dibuat tersenyum oleh pertanyaan tersebut dan membayangkan pacarnya yang memang masih terlelap seperti biasa.

Namun hari ini ia harus menjawab dengan jawaban lain yang membuatku merasa sangat tidak nyaman dibuatnya.

“Kami sudah tidak bersama.”

Wajah ini. Wajah yang aku berikan padanya ketika dia menjawabnya dengan jawaban tersebut. Aku bergegas mulai menghilangkan wajah tersebut dan segera menggantinya dengan pertanyaan untuk mengisi rasa ingin tahuku…

“Kok bisa putus? Kenapa?”

….

…..

“Kenapa?”

Itupun pertanyaan yang selalu menghampiriku setiap saat , setiap waktu, sampai hari ini.

Mungkin karena kepercayaan mereka yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola pikir mereka yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena latar belakang, mungkin juga tidak. Mungkin karena gaya hidup mereka yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola kerja mereka yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena dia selalu bangun di pagi hari dan pacarnya di siang hari, mungkin juga tidak. Mungkin karena dia tidak suka pedas, mungkin juga tidak. Mungkin karena mereka atau aku tidak tahu apa apa sebenarnya.

Aku hanya menerima kepergian nya tanpa tahu apa apa. Yang aku tahu hanya tiba-tiba ia hilang dan pergi. Ia tidak pernah menjawabnya


Rasanya aneh. Ketika biasanya setiap pagi semua orang akan bertanya padanya…

“Aku dimana?”

Dia akan dibuat tersenyum oleh pertanyaan tersebut dan membayangkan aku yang memang masih terlelap seperti biasa.

Namun kini dia harus menjawab dengan jawaban lain yang membuatku merasa sangat tidak nyaman dibuatnya.

“Kami sudah tidak bersama.”

Wajah yang sama. Wajah yang selalu harus kubaayangkan ketika aku mendengarnya menjawab dengan jawaban tersebut. Mereka pasti akan mulai menghilangkan wajah tersebut dan segera menggantinya dengan pertanyaan yang sama juga…

“Kok bisa putus? Kenapa?”
….
…..

“Kenapa?”

Itupun pertanyaan yang selalu menghampiriku setiap saat , setiap waktu, sampai hari ini.
Mungkin karena kepercayaan kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola pikir kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena latar belakang, mungkin juga tidak. Mungkin karena gaya hidup kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena pola kerja kami yang berbeda, mungkin juga tidak. Mungkin karena aku selalu bangun di siang hari, mugnkin juga tidak. Mungkin karena aku suka pedas, mungkin juga tidak. Mungkin karena aku atau aku tidak tahu apa apa sebenarnya.

Aku hanya menerima kepergian nya tanpa tahu apa apa. Yang aku tahu hanya tiba-tiba ia hilang dan pergi. Dan aku juga meninggalkannya. Mungkin ia tidak pernah menyadarinya.




- nara asyadha. 16 February 2009, 14.40. -

terinspirasi dari cara penulisan Djenar Maesa Ayu dalam cerpen "Jangan Main-Main (Dengan Kelaminmu)" dan ditujukan untuk semua orang yang kini sudah tidak bersama.

No comments:

Post a Comment