
Kami duduk. Menunggu hadirnya sajian-sajian yang akan dihidangkan. Menunggu santap kangen.
Sajian pembuka datang. Menyajikan senyuman hangat dan 'halo' yang menyambut seperti karpet merah yang dibentangkan. Tak begitu mengenyangkan namun manis.
Kami berdansa malam itu. Menarikan sebuah simfoni tawa yang bersambung. Menyajikan canda tawa sebagai sajian utama. Disusul dengan memori yang menjelma menjadi sebuah rentetan galeri.
Sebuah lambaian tangan harus dihidangkan. Bukan sebagai hidangan terakhir. Bukan sebagai perpisahan. Namun sebagai janji akan pertemuan yang berikutnya.
No comments:
Post a Comment